MODEL MODEL PEMBELAJARAN
1. 1.
Metode
Role Playing
Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung pada apa yang diperankan.
Kelebihan
metode role playing:
·
Melibatkan
seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya
dalam bekerja sama.
·
Siswa
bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
·
Permainan
merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
·
Guru
dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan
·
Permainan
merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
2. 2.
Metode
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving)
adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih
siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan
maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya
adalah pemecahan masalah.
Kelebihan
metode problem solving:
- Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Berfikir dan bertindak kreatif.
- Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
- Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
- Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja
Kelemahan
metode problem solving:
- · Bebrapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
- · Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang.
3.
Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem based instruction (PBI) memusatkan pada masalah
kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran durumenyajikan masalah, mangajukan
pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topic, tugas, jadwal, dll)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah
- Guru membantu siswa dalam merencanakan dan manyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau eveluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan
metode pembelajaran berdasarkan masalah:
·
Siswa
dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya
dengan baik.
·
Dilatih
untuk dapt bekerja sama dengan siswa lain.
·
Dapat
memperoleh dari berbagai sumber.
Kelemahan:
- Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tudak tercapai.
- Membutuhkan banyak waktu
- Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
4.
Cooperative
Script
Script kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang di
pelajari.
Langkah-langkah
- Guru membagi siswa untuk berpasangan.
- Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi.
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
- Kesimpulan guru
- Penutup.
Kelebihan:
- Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
- Setiap siswa mendapat peran.
- Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
- Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
- Hanya dilakukan dua orang, tidak melibatkan seluruh kelas, sehingga koreksi hanya terbats pada dua orang tersebut.
5.
Picture
and Picture
Picture and picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi pasangan logis.
Langkah-langkah
- Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
- Menyajikan materi sebagai pengantar.
- Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi
- Guru menunjuk siswa secara bergantian mengurtkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
- Guru menanyakan alasan dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
- Dari alasan tersebut guru mulai menanamkan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Kesimpulan.
Kelebihan:
· Guru lebih mengetahui kemampuan
masing-masing siswa.
· Merlatih berpikir logis dan
sistematis.
Kekurangan:
· Memakan banyak waktu, banyak siswa
yang pasif
6. Numbered heads Together
Numbered heads
together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian
dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-lamgkah:
· Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam kelompok mendapat nomor.
· Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
· Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota klelompok dapat mengerjakannya.
· Guru memanggil salah satu nomor
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
·
Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nor yang lain.
·
Kesimpulan.
Kelebihan:
·
Setiap siswa menjadi siap semua.
·
Dapt melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
·
Siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
·
Kemungkinan nomor yang dipanggil,
dipanggil lagi oleh guru.
·
Tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru.
7. Metode Investigasi Kelompok
Metode investigasi kelomppok sering dipandang sebagai metode
yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan tiopik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi
maupun ketrampilan proses kelompok. Guru membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Langkah-langkah:
·
Seleksi topic: para siswa memilih
berbagai subtopic dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan
lebih dahulu oleh guru.
·
Merencanakan kerjasama: para siswa
dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus.
·
Implementasi: para siswa
melaksanakan rencana yang telah dirumuskan.
·
Analisis dan Sintesis: parasiswa
menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh dan merencanakan
agar dapat diringkaskan dalm suatu penyajian yang menarik.
·
Penyajian hasil akhir: semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topic yang
telah dipelajari.
·
Evaluasi: guru beserta siswa
melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas
sebagai suatu keseluruhan.
8. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi
yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi
siswa dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa
sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap panguasaan suatu komponen
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok
yang bertanggung jawab terhadap subtopic yang sama membentuk kelompok lain yang
terdiri dari dua atau tuga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam
·
Belajar dan menjadi ahli dalam
subtopic bagiannya
· Merencanakan bagaimana mengajarkan
subtopic bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
Setelah
itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai ahli dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopic tersebut kepada
temannya. Ahli dalam subtopic lainnya juga bertindak serupa. Sehinnga seluruh
siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap materi yang
ditugaskan oleh guru. Dengan demikian setiap siswa dalam kelompok
harus menguasai topic secara keseluruhan.
9.
Metode
Team Games Tournament
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe
atau model pembelajaran kooperatif yang mudah di terapkan, melibatkan aktifitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsure permainan dan reinforcement.aktifitas brlajar
dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada lima komponen
utama dalam TGT yaitu:
·
Penyajian kelas: pada awal
pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
·
Kelompok (team): kelompok biasanya
terdiri dari empat atau lima orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin dan rasa tau etnik.
·
Game: game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan kelompok.
·
Tournament: biasanya turnamen
dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah gguru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah melakukan lembar kerja.
·
Team Recognize (penghargaan
kelompok): guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim
akan mendapat sertfikat atau hadiah apabila memenuhi criteria yang ditentukan.
10. Model Students Team Achievement Division
(STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen, kemudian siswa
menjelaskan kepada anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
·
Membentuk kelompok yang terdiri dari
empat orang secara haterogen.
·
Guru menyajikan pelajaran.
·
Guru memeberi tugas pada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota kelompok, anggota yang mengerti menjelaskan pada
anggota yang lain sampai mengerti.
·
Guru memberi kuis pertanyaan pada
seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak bileh saling membantu.
·
Member evaluasi.
·
Penutup.
Kelebihan:
·
Seluruh siswa menjadi lebih siap
·
Melatih kerja sama dengan baik
Kelemahan:
·
Anggota kelompok semua mengalami
kesulitan
·
Membedakan siswa
11. Model Example non Example
Example non example adalah model
belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh dapat dari kasus/gambar yang
relevan dengan kampetensi dasar.
Langkah-langkah:
· Guru menyiapkan gambar-gambar yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
·
Guru menempelkan gambar dipapan atai
ditayangkan lewat OPH.
· Guru member petunjuk dan kesempatan
kepada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
·
Melalui diskusi kelompok dua sampai
tiga orang siswa hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas.
·
Tiap kelpmpok diberi kesempatan
membacakan hasil diskusinya.
·
Mulai dari komentar/hasil diskusi
siswa giri mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kelebihan:
·
Siswa lebih kritis dalam menganalisa
gambar
·
Siswa mengetahui aplikasi dari
materi berupa contoh gambar
·
Siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya
Kelemahan:
·
Tidak semua materi dapat disajikan
dalam bentuk gambar
·
Memakan waktu yang lama
12. Model lesson Study
Lesson
study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang, dalam bahasa Jepang nya
disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh makoto
Yoshida. Lesson study merupakan suatu proses dalam mengembangkan
profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/menguji praktik
mengajar mereka agar lebih menjadi lebih efektif.
Langkah-langkah:
· Sejumlah guru bekerja sama dalamsatu
kelompok kerja sama ini meliputi: perencanaan, praktek mengajar, observasi,
refleksi/ kritikan terhadap pambelajaran.
·
Salah satu guru dalam kelompok
tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajarang yang
dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
·
Guru yang membuat rencana
pembelajaran kemudian mengajar dikelas sesungguhnya.
· Guru-guru lain dalam kelompok
tersebut mengamati proses pembelajaran sambil menyocokkan reancana
pembelajaran yang telah dibuat. Nerarti tahap observasi etrlalui.
· Semua guru dalm kelompok tersebut
kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang
berlangsung.
· Hasil pengamatan tersebut kemudian
diimplementasikan pada kelas pembelajaran tang sesungguhnya.
Kelebihan:
· Dapat diterapkan dalam semua bidang
mulai seni, bahasa, sampai ,atematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
·
Dapat dilaksanakn antar lintas
sekolah.
13. Metode Spiral
Proses model yang lain, yang cukup popular adalah spiral.
Model ini juga baru ditemukan, yaitu pada sekitar tahun 1988 oleh Barry Boehm.
Model spiral adalah salah satu bentuk evolusi yang menggunakan metodel literasi
natural yang dimiliki oleh model prototyping dan digabungkan dengan aspek
sistematis yang dikembangkan dengan model waterfall, sedangkan tahap
prototyping adalah suatu model dimana software dibuat prototype.
Model ini juga mengkombinasikan topdown designe dengan
bottom up designe menetapkan system global terlebih dahulu, baru dityeruskan
dengan detail sistemnya, sedangkan bottom up desifne berlaku sebaliknya.
Topdown designe biasanya diaplikasikan pada model waterfall dengan
sequentialnya, sedangkan bottom up designe biasanya diaplikasikan pada model
prototyping dengan feedback yang diperoleh dari dua kombinasikan tersebut,
yaitu kombinasi antara designed an prototyping, serta top-down dan bottom-up,
yang juga diaplikasikan pada model waterfall dan prototype, maka spiral model
ini dapat dikatakan sebagai model proses hasil kombinasi dari kedua model
tersebut. Oleh karena itu model ini biasanya dipakai untuk pembuatan software
dengan skala besar dan kompleks.