A.
Pengamatan
Pengamatan merupakan fungsi sensoris
yang memungkinkan seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan
yang teramati. Pengamatan sebagai suatu fungsi primer dari jiwa dan
menjadi awal dari aktivitas intelektual. Pengamatan
merupakan proses belajar mengenal segala sesuatu yang ada di sekitar kita
dengan menggunakan alat indera kita. Pengamatan itu sendiri dalam pengertian sempit
merupakan proses menginterpretasikan sesuatu, dengan jalan: mengenali
“tanda-tanda” sebagai alatnya, dan pengertian-pengertian tertentu sebagai
tujuan pengamatan.
Syah
(1996: 118) menyatakan bahwa pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan,
dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan
telinga. Berkat pengalaman belajar, seorang siswa akan mampu mencapai
pengamatan yang benar objektif sebelum memperoleh pengertian. Pengamatan yang
salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.
Manusia memiliki indra untuk
mengamati segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Dari hasil pengamatan
itu tinggallah kesan atau tanggapan. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan
manusia akan makin banyak memiliki kesan (tanggapan).
Pengamatan
merupakan proses belajar mengenal segala sesuatu yang ada di sekitar kita
dengan menggunakan alat indera kita. Dengan kehendak-Nya, Allah membekali
manusia dan hewan dengan segala keperluan dan fungsi yang mereka perlukan untuk
tetap bisa melestarikan hidupnya.
Panca indera
dimiliki baik oleh manusia maupun hewan. Namun, Allah menganugerahi manusia
dengan suatu fungsi lainnya yang sangat penting dan membedakannya dari
hewan-hewan yang lain, yaitu akal budi. Dengan akal budi, manusia mampu
meningkatkan daya tanggapnya tentang hal-hal yang bisa diindera. Dengan akal
budi pulalah manusia mampu menjadikan keindahan penciptaan alam semesta
seluruhnya dan penciptaan manusia sendiri, sebagai bukti adnya Sang Pencipta.( M.Ishom Ahmadi, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al
Muthmainnah”. (Yogyakarta: SJ Press,
2009) Hlm. 26-27 )
Manusia
memiliki indra untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya.
Dari hasil pengamatan itu tinggallah kesan atau tanggapan. Proses berfungsinya
alat indra terhadap sesuatu akan mengenai indra manusia. Karena manusia itu
merupakan makhluk yang aktif maka manusia terhadap situasi lingkungan itu
bersifat responsibel. Manusia secara normal akan selalu mencari objek-objek
dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar maupun secara
tidak sadar. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin
banyak memiliki kesan (tanggapan). Abu
Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Cet-2, Hlm. 22.
B.TANGGAPAN
Tanggapan
sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran
ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam
ruang dam waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan
hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan.
Tanggapan
disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada
di bawah sadar, atau tidak kita sadari, dan suatu saat bisa disadarkan kembali.
Sedang tanggapan disebut “aktual”, apabila tanggapan tersbut kita sadari.
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68
Proses Tanggapan
1.
Penghayatan (terutama pengamatan) itu meninggalkan
bekas atau kesan gambaran di dalam jiwa kita
2.
Gambaran (bekas atau kesan) yang ditinggalkan oleh
penghayatan itu disebut proses pengiring
3.
Gambaran penghayatan itu masih dapat kita bayangkan di
dalam jiwa kita
4. Sebagai
akibat dari penghayatan itu, tinggallah di dalam jiwa kita suatu kesan yang
mengingatkan kita pada pengamatan tadi. Gambaran tersebut dalam psikologi
disebut Tanggapan.( M. Ishom Ahmadi, Op-Cit,. Hlm. 56)
Perbedaan antara tanggapan dan
pengamatan:
1.
Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada
tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.
2.
Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan
objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3.
Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada
tanggapan tidak perlu ada rangsangan.
4. Pengamatan
bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat imaginer.
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) Hlm. 69
C.PERASAAN
Perasaan
merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan
gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam
berbagai taraf .
Perasaan
merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang dialami dengan
senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat
subjektif .
Menurut
Prof. Hukstra, Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan
dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang.
Perasaan
seperti halnya emosi yaitu merupakan suasana batin atau suasana hati yang
membentuk kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang paling
positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negative yaitu
sangat tidak senang. Suatu perasaan apakah itu senang atau tidak senang, suka
atau tidak suka, lega atau tegang dll., timbul karena adanya perangsang dari
luar. Perangsang dari luar berbaur dengan kondisi sesaat dari individu da
membangkitkan sutu perasaan. Intesitas perasaan yang dihayati seseorang pada
suatu saat bergantung kepada kuat atau lemahnya perangsang-perangsang yang
datang, kondisi sesaat, serta kesan. Oleh karena itu perasaan sangat bersifat
subjektif dan temporer artinya persaan antara orang dengan orang lain
berbeda-beda.
Meskipun perasaan itu bersifat
subjektif dan temporer, namun perasaan-perasaan tertentu muncul dari suatu
kebiasaan seperti contoh; orang Padang senang masakaan rendang yang pedas,
orang Yogya senang gudeg yang manis, orang Sunda senang sayur asam dan lalap
sambal.
D. PERHATIAN
Definisi Perhatian
Menurut para ahli psikologi ada dua
macam definisi, yaitu:
1.
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju
kepada suatu obyek. (lihat Stern, 1950, p.653, dan Bigot, 1950, hlm. 163)
2.
Perhatian adalah banyak sedikitnnnya kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Macam-Macam Perhatian
1.
Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya
kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitaas atau pengalaman batin, maka
dibedakan menjadi:
(1)Perhatian intensif dan
(2)Perhatian tidak intensif.
Makin banyak kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti makin intensiflah
perhatiannya. Dalam hubungannya dengan hal ini telah banyak dilakukan
penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya memberi kesimpulan,
bahwa tidak mungkin melakukan dua aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh
perhatian yang insentif. Kecuali itu ternyata pula bahwa makin intensif
perhatian yang menyertai suatu aktivitas akan makin sukseslah aktivitas itu.
1.
Atas dasar cara timbulnya, Perhatian dibedakan
menjadi:
(1) Perhatian spontan (Perhatian tak
sekehendak, perhatian tak disengaja)
(2) Perhatian sekehendak (perhatian
disengaja, perhatian refleksif).
Perhatian jenis yang pertama timbul
begitu saja, “seakan-akan” tanpa usaha, tanpa disengaja, sedangkan perhatian jenis
kedua timbul karena usaha, dengan kehendak.
1.
Atas dasar luasnya obyek yang dikenai perhatian,
Perhatian dibedakan menjadi:
(1) Perhatian terpencar (distributif)
(2) Perhatian terpusat (konsentratif).
Hal-hal yang Menarik Perhatian
1.
Dipandang dari segi obyek, maka dapat dirumuskan bahwa
“hal yang menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau
dikatakan secara sederhana “hal yang menarik perhatian adalah hal yang lain
dari lain-lainnya”. Kelainan atau perbedaan dari yang lain ini dapat
bermacam-macam, misalnya:
(1) Dalam sebuah barisan
salah seorang di antara yang berbaris itu memakai baju merah, sedang yang
lain-lainnya berbaju putih, maka si baju merahitu tentu menarik perhatian.
(2) Dalam suatu
pertempuran hampir semua tamu telah duduk kecuali seorang yang masih
mondar-madir, maka yang mondar-mandir itu menarik perhatian.
E.FANTASI
1.
Definisi Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk
membentuk atau mencipta tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan
yang sudah ada. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
(1) Secara disadari,
yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan menyadarinya akan
menyadarinya. Hal ini banyak ditemukan pada seorang pelukis, pemahat atau
(2) Secara tidak
disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntut oleh
fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak.
1.
Jenis Fantasi:
a)
Fantasi Mencipta
Fantasi yang terjadi atas inisiatif atau kehendak
sendiri, tanpa bantuan orang lain atau jenis fantasi yang mampu menciptakan
hal-hal baru. Fantasi macam ini biasanya lebih banyak dimilki oleh para
seniman, anak-anak, dan para ilmuwan.
b)
Fantasi Tuntunan atau Terpimpin
Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau
tuntunan orang lain. Dalam hal ini misalnya kalau kita sedang membaca buku,
kita mengikuti pengarang buku itu dalam ceritanya.
1.
Fungsi Pokok Fantasi
(1) Fantasi
mengh-abstrahir (mengabstraksi)
Fantasi
dengan menyaring atau memisahkan sifat-sifat tertentu dari tanggapan yang sudah
ada. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka dalam
berfantasi, dibayangkan dengan seperti lapangan tanpa pohon-pohon disekitarnya
dan tanahnya malulu pasir semua bukan rumput.
(2) Fantasi Mengkombinir
Fantasi
dengan mengabungkan dua atau lebih tanggapan-tanggapan yang sudah ada, disusun
menjadi satu tanggapan baru. Misalnya: Tanggapan badan singa + kepala manusia
=Spinx di kota Mesir
(3) Fantasi Mendeterninir
Fantasi
dimana tanggapan lama dilengkapi, disempurnakan dan mendapatkan ketentuan yang
lebih jelas dan terbatas sehingga tercipta tanggapan baru. Misalnya anak belum
pernah melihat harimau namun sudah mengenal kucing. Dalam berfantasi harimau, bayangannya seperti kucing,
tapi bentuknya besar.
Bedanya dengan berfikir ialah:
(1) Dengan berfikir kita
berusaha untuk menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, dengan
berfantasi kita menciptakan sesuatu yang belum ada, sesuatu yang baru.
(2) Berfikir terikat
pada realitas, berfantasi melepaskan kita dari realitas.
F. INGATAN
Ingatan
merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi yang pernah
diterima dalam kesadaran.
Ingatan adalah suatu daya jiwa kita
yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksikan kembali
pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.
1.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi ingatan:
(1) Sifat perseorangan
(2) Keadaan diluar jiwa
kita (alam sekitar atau lingkungan, keadaan jasmani)
(3) Keadaan jiwa kita
(kemauan, perasaan).
(4) Umur kita.
2.
Macam-Macam Ingatan:
(1) Daya ingatan
mekanis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan pengindraan.
(2) Daya Ingatan logis,
artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian.
G.BERFIKIR
Berfikir
merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi. Dengan
berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara
intelektual (Ustman Najati, 2005).
Proses
menerima, menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang
didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut
“berfikir”. Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak
manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam
semesta.
Dalam
berfikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya
dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Dalam pemecahan
persoalan, individu membeda-bedakan, mempersatukan dan berusaha menjawab
pertanyaan, mengapa, untuk apa, bagaimana, dimana dan lain sebagainya.
Hal-hal yang berhubungan dengan
berfikir:
1.
Pengertian
Ialah hasil proses berfikir yang
merangkum sebagian dari kenyataan yang dinyatakan dengan satu perkataan. Dalam
hal ini misalnya pengertian “sepeda” merangkum segala jenissepeda yang kita
ketahui, dan kita menyatakannya dengan satu perkataan yaitu “sepeda”.
Pengertian itu dibagi menjadi
pengertian konkrit dan pengertian abstrak. Pengertian konkrit misalnya: kursi,
meja, pisau. Sedang pengertian abstrak misalnya: indah, cantik, jujur dan
sebagainya.
Dalam psikology, pengertian
dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
1)
Pengertian Pengalaman
Ialah pengertian yang kita peroleh dari pengalaman dan
timbul dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2)
Pengertian Logis
Ialah pengertian yang kita peroleh, dibentuk dengan
jalan berfikir secara sadar, sengaja dan teratur. Biasanya digunakan untuk
mempelajari ilmu pengetahuan.
Adapun cara membentuk pengertian
logis yaitu melalui tingkatan-tingkatan berikut ini:
a)
Analysa :
menyelidiki sifat-sifat
b)
Komparasi : membandingkan sifat-sifat itu
c)
Abstraksi : mengambil sari yang hakiki dari
benda-benda
d)
Definisi : menentukan
batasan
1.
Keputusan
Perhatikan ucapan berikut ini: Rumah
itu megah. Bunga itu harum. Kopi itu lezat rasanya.
Dalam ilmu jiwa, ucapan-ucapan yang
demikian itu dinamakan keputusan. Keputusan itu menentukan sangkut paut
(hubungan) dengan bantuan bahasa. Jadi “memutuskan” itu ialah suatu perbuatan
berfikir.
1.
Kesimpulan
Ialah keputusan yang diambil
berdasarkan keputusan yang lain. Jadi, kesimpulan adalah keputusan yang
spesifik.
Macam-macam kesimpulan:
1)
Kesimpulan induksi: kesimpulan yang diambil dan dimulai dari kenyataan-kenyataan
yang khusus dan tiba pada kaidah-kaidah yang umum.
2)
Kesimpulan deduksi: kesimpulan yang diambil, dimulai dari kenyataan atau
kaidah-kaidah yang umum menuju kenyataan-kenyataan khusus.
3)
Kesimpulan analogi: kesimpulan yang diambil dengan cara membandingkan hal-hal
yang baru dengan hal-hal lama yang telah diketahui. Kesimpulan ini ditarik dari
khusus ke khusus.