Psikologi Pendidikan
Secara etimologis, psikologi berasal
dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu.
Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau
ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat
ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita
mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang
jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa
diamati secara langsung.
Berkenaan
dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji
adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya
dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi
terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology)
yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku
individu dalam situasi khusus, diantaranya :
Psikologi Perkembangan; mengkaji
perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa
konsepsi sampai dengan akhir hayat.
·
Psikologi
Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek
kepribadiannya.
·
Psikologi
Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
·
Psikologi
Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
·
Psikologi
Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
·
Psikologi
Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah studi yang
sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung
melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas
terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan
tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli
psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi
pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan
memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan
belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik,
maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik.
Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam
menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya
dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara
efektif.
A. Sejarah Psikologi
Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah cabang
psikologi. Karena psikologi sebagai ilmu pengetahuan masih muda usianya, maka
psikologi pendidikan sebagai cabangnya lebih-lebih masih muda usianya.
Berhubung dengan itu, ia masih dalam proses perkembangan; di sana sini masih
banyak problem yang masih memerlukan pemecahannya; masih banyak hal-hal yang
masih perlu pengembangannya. Walaupun ditinjau dari segi ilmu pengetahuan usianya
masih sangat muda, akan tetapi pemikirannya (dalam arti yang menyangkut
pendidikan dan problem jiwa) telah dipikirkan oleh orang sejak dahulu kala.
Demikianlah misalnya, sampai ada yang mengatakan bahwa saat timbulnya yang
mula-mula tentang psikologi pendidikan dapat diikuti jejaknya kembali pada
Aristoteles. Bahwa Aristoteles sebagai seorang filsuf telah menyusun
periode-periode perkembangan anak, sifat-sifat anak menurut periode dan bentuk
pendidikan yang perlu diselenggarakan sesuai dengan periode-periode itu.
Walaupun demikian, tentu saja pemikirannya baru merupakan pemikiran secara
filsafat, belum merupakan pemikiran psikologi pendidikan.
Upaya-upaya yang bersifat semi ilmiah
dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan
sebagainya. Mereka itu sering disebut sebagai pendidik yang mempsikologikan
pendidikan, yaitu dalam wujud upaya memperbaharui pendidikan dengan melalui
bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan bahan
yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan
kemampuan anak didik. Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai
pula pada pola tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi
pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya
perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel
menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian melalui
perkembangan sendiri, aktivitas dan kerja sama sosial dengan semboyan “belajar
sambil bekerja”. Herbart bahkan telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan
bahan pelajaran, berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi
dan aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan
sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman
itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang otonom.
Akhir abad ke-19 penelitian-penelitian
dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa,
Ebbinghaus mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses
pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya terkenallah Kurve Daya Ingatan,
yang menggambarkan, bahwa kemampuan mengingat mengenai sejumlah objek
kesan-kesannya semakin lama semakin berkurang (menurun), akan tetapi tidaklah
hilang sama sekali.
Pada awal abad 20 pemerintah Prancis
merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para pelajar, yang dirasa
semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawab, apakah prestasi belajar itu
semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan malasnya si pelajar, ataukah
ada faktor kejiwaan atau mental yang ikut memegang peranan. Maka untuk
memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli psikologi yang bernama Alfred
Binet, Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah tugas yang
terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui inteligensi para pelajar. Tes
ini kemudian dikenal dengan tes inteligensi. Tes inteligensi Binet-Simon ini
sangat terkenal, yang kemudian banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di negeri
itu mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya dengan
masyarakat atau orang-orang Amerika. Di antara para ahli yang mengambil bagian
dalam revisi-revisi itu misalnya : Stern, Terman, Merril dan sebaagainya.
Perlu juga diketahui, bahwa laboratorium
ciptaan Wundt di Leipzig juga tidak hanya melakukan aktivitas penelitian yang
bersifat “psikologi umum”, melainkan juga memegang peranan dalam psikologi
pendidikan. Banyak orang Amerika yang belajar di Leipzig kepada Wundt.
Akibatnya setelah mereka mengembangkan psikologi itu di negaranya, termasuk
psikologi pendidikan. Terkenallah psikologi pendidikan di Amerika misalnya
Charles H. Judd, E.L. Thorndike, B.F. Skinner dan sebagainya. Orang-orang ini
sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan di Amerika Serikat. Terutama E.L.
Thorndike, sehingga ia dipandang sebagai Bapak Psikologi Pendidikan di Amerika
Serikat. Menurut seorang pakar psikiatri dan psikologi Amerika Serikat yang
bernama Perry London, yang telah meneliti tentang penggunaan jasa psikologi di
Amerika Serikat, yang menggunakan jasa psikologi bagi lapangan-lapangan
tertentu adalah : 25% merupakan para pendidik, 25% ahli psikologi klinis dan
konsultan, 16% merupakan para peneliti psikologi sendiri, sedang yang 34%
tersebar pada lapangan atau pakar yang lain.
Di Indonesia psikologi pada umumnya dan
psikologi pendidikan pada khususnya sedang dalam proses perkembangan yang
cepat. Pada mata pelajaran, misalnya di sekolah calon guru (HK, HIK, Hoofd
Acte, dan sebagainya). Setelah merdeka dan dengan berdirinya Fakultas Psikologi
di beberapa Universitas serta berdirinya FKIP atau IKIP di berbagai kota, maka
psikologi pada umumnya atau psikologi pendidikan khususnya, tidak hanya
dipelajari sebagai mata kuliah, melainkan juga diteliti sebagai ilmu
pengetahuan. Hal ini memang amat perlu, karena psikologi atau psikologi
pendidikan yang didasarkan penelitiannya pada orang-orang barat belum tentu
sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
B. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan adalah perkembangan dari psikologi
perkembangan dan psikologi
sosial, sehingga hampir
sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial
digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari
bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara
mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
Psikologi Pendidikan adalah studi, latihan atau
bimbingan yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan ilmu kejiwaan. Jika dikaji lebih jauh, psikologi pendidikan berasal dari
dua kata yaitu Psikologi dan Pendidikan.
Pengertian Psikologi
Psikologi
secara etimologis, berasal dari kata “psyche” yang berarti
jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Jadi secara
harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau bisa di sebut ilmu yang mempelajari
kejiwaan.
Seorang
ilmuwan Rebek, 1988 mengemukakan tentang psikologi, menurut Rebek “Psikologi
pada mulanya di gunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memenuhi kebutuhan
mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup
mulai dari yang primitif sampai yang modern. Namun ternyata tidak cocok,
lantaran menurut para ilmuwan dan filosof, psikologi memiliki
batasan-batasan tertentu yang berada di luar kaedah keilmuan dan etika falsafi.
Kaidah saintifik dan patokan etika filosofi ini tak dapat di bebankan begitu
saja sebagai muatan psikologi”.
William James menganggap psikologi
sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental. John B. Watson mengubah
definisi psikologi menurut James menjadi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku
(behaviour) organisme.
Caplin
mendefinisikan psikologi sebagai “… the science of human and animal
behavior, the study of of the organisme in all its variety and complexity as it
responds to the flux and flow of the physical and social events which make up
the environment” (Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku
manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan
kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan).
Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld
mendefinisikan psikologi sebagai studi tentang hakikat manusia.
Poerbakawatja dan Harahap membatasi
psikologi sebagai “cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan aas
gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa”. Dimana gejala-gejala dan
kegiatan-kegiatan jiwa tersebut meliputi respon organisme dan hubungannya
dengan lingkungannya.
Syah (1997:9) membuat kesimpulan tentang
pengertian psikologi dari beberapa definisi di atas, dimana psikologi adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan
tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya
dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang,
keadaan dan kejadian yang ada di sekitar manusia.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan
berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga
menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Kamus Bahasa Indonesia,
2008). Pendidikan secara harfiah adalah usaha sadar yang di
lakukan oleh pendidik terhadap peserta didik, untuk mewujudkan tercapainya
perubahan tingkahlaku, budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara
intelektual, emosional dan spiritual. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan
Menurut
McLeod, dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal
dari kata educate (mendidikan) artinya memberi peningkatan (to
elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop).
Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan
berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut
Tardif, secara luas, pendidikan adalah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengan kebutuhan. Secara luas dan representatif, pendidikan ialah
“… the total process of developing human abilities and behaviors,
drawing on almost all life’s experience” (seluruh tahapan pengembangan
kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan
hampir seluruh pengalaman kehidupan).
Menurut Poerbakawatja dan Harahap,
pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
Menurut Dictionary
of Psychology, pendidikan diartikan sebagai “… the institutional
procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge,
habits, attitudes etc. Usually the term is applied to formal institution”.
Jadi pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti
sekolah, madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu
dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat
berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti
sekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya. Bahkan menurut definisi di
atas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri (self-instruction).
Pengertian Psikologi Pendidikan
Menurut Arthur S. Reber, psikologi
pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori
dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam
kelas
2. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi
proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
5. Penyenggaraan pendidikan keguruan
Menurut
Barlow, “educational psychology is a body of knowledge grounded in
psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in
functioning more effectively in teaching learning process” (psikologi
pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang
menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan
tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif).
Menurut Tardif, psikologi pendidikan
adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan
tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
Menurut
Witherington, psikologi pendidikan sebagai “a systematic study of
process and factors involved in the education of human being” (studi
sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan manusia).
Psikologi pendidikan dapat diartikan
sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku
individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan
berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan,
yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan.
C. Ruang Lingkup Psikologi
Pendidikan
Psikologi pendidikan dapat dikatakan
sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu
ilmu, yakni :
·
Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah
perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan
pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta
didik dan masyarakat pendidikan.
·
Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan
upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun
studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun
pendekatan kuantitatif.
·
Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan
terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses
pendidikan.
Pada dasarnya psikologi pendidikan
membahas hal-hal sebagai berikut
·
Hereditas
dan Lingkungan
·
Pertumbuhan
dan Perkembangan
·
Potensial
dan Karakteristik Tingkah laku
·
Hasil Proses
Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial
·
Higiene
Mental dan Pendidikan
·
Evaluasi
Hasil Pendidikan
Ruang lingkup psikologi pendidikan
menurut Good & Broopy (1997) :
·
Hubungan
antara psikologi dengan guru
·
Manajemen
kelas : Perkembangan dan sosialisasi anak kepemimpinan dan dinamika kelompok,
modelling, reward, punishment, extinction. Hasil – hasil penelitian manajemen
kelas, persiapan dan pelaksanaan pengajaran yang baik.
·
Mengurai
masalah belajar : pengertian, prinsip, perbedaan individu dalam belajar, model
dan desain belajar dan prinsip pengajaran
·
Pertumbuhan
dan perkembangan dalam pendidikan : Prinsop dalam perkembangan fisik, kognitif,
sosial dan kepribadian, kreativitas dan aplikasinya dalam pendidikan
·
Motivasi :
Pengertian, teori dan aplikasinya dalam pendidikan
·
Evaluasi
dalam belajar : pengertian, macam, cara menyusun, prosedur penilaian,
monitoring kemajuan siswa, validiras dan realibilitas penggunaan statistik
dalam pengolahan hasil tes
Namun menurut Sumadi Suryobroto (1984)
ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi :
·
Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan
sejarah munculnya psikologi pendidikan
·
Pembawaaan
·
Lingkungan
fisik dan psikologis
·
Perkembangan
siswa
·
Proses –
proses tingkah laku
·
Hakekat dan
ruang lingkup belajar
·
Faktor yang
mempengaruhi belajar
·
Hukum dan
teori belajar
·
Pengukuran
pendidikan
·
Aspek
praktis pengukuran pendidikan
·
Transfer
belajar
·
Ilmu
statistik dasar
·
Kesehatan
mental
·
Pendidikan
membentuk watak / kepribadian
·
Kurikulum
pendidikan sekolah dasar
·
Kurikulum
pendidikan sekolah menengah
D. Metode Psikologi Pendidikan
Metode merupakan cara yang digunakan
atau jalan yang ditempuh menuju ketujuan tertentu. Maka metode psikologi
pendidikan adalah cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh untuk sampai
pada tujuan psikologi pendidikan, yaitu mendapatkan asas-asas, pokok-pokok,
atau prinsip-prinsip tentang tingkah laku anak didik dalam situasi pendidikan
dan yang dapat membantu pendidikan. Dalam hal-hal tertentu dan dalam
batas-batas tertentu, metode ini juga dapat dipergunakan oleh para pendidik
atau para guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem pendidikan.
Pada dasarnya metode itu meliputi usaha
pengumpulan data, pengolahan dana penyimpulannya. Berikut ini dibahas beberapa
metode yang lazim dipergunakan dalam psikologi pendidikan, dengan titik berat
pada metode pengumpulan data.
Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang
dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku anak didik
dalam situasi yang wajar, dilaksanakan dengan berencana, kontinyu dan
sistematik, serta diikuti dengan upaya mencatat atau merekam secara lengkap.
Dengan sifat wajar, berarti bahwa anak didik itu dalam keadaan tidak
dibuat-buat dan tidak mengetahui anak didik itu sedang di observasi. Berencana
berarti bahwa sebelum observasi dilaksanakan harus ada persiapan yang matang
tentang aspek-aspek tingkah laku yang akan di observasi. Dengan kontinyu
berarti bahwa dalam melaksanakan observasi harus bersambungan antara periode
yang satu dengan periode yang lain. Dengan sistematik berarti bahwa aspek-aspek
yang di observasi itu harus tersusun secar teratur, sehingga tidak sekedar
tumpukan catatan tentang tingkah laku. Dengan upaya mencatat atau merekam tentu
dengan mudah kita pahami karena jika hanya mengamati tanpa mencatat atau
merekam, maka hasilnya mudah dilupakan. Dewasa ini dengan kemajuan teknologi,
observasi itu semakin maju.
Metode Eksperimen dan Tes
Dengan metode eksperimen dengan sengaja
diciptakan situasi buatan. Dalam pendidikan, dan pada situasi itu ditempatkan
subjek penelitian tertentu. Kepada subjek di sampaikan perangsang-perangsang
tentu untuk mendapatkan reaksi atau response tertentu. Kemudian respons itu di
analisis untuk mendapatkan kesimpulan tertentu. Pada lazimnya digunakan dua
kelompok subjek, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Mirip metode
eksperimen adalah metode tes. Metode tes dilakukan dengan memberikan tugas yang
dilakukan oleh subjek, baik tugas tertulis maupun tugas lisan. Perbedaannya
dengan eksperimen, eksperimen akan memperoleh prinsip umum yang berkenaan
dengan seluruh subjek, atau akan diperoleh suatu genelralisasi, sedangkan tes
akan memperoleh perbedaan sifat-sifat individual setiap subjek. Pada eksperimen
dapat digunakan tes sebagai alat, sedang pada tes digunakan item-item atau pola
untuk dilakukan oleh para subjek, dan tidak mungkin test menggunakan
eksperimen. Ada beberapa macam test misalnya test intelegensi, test sikap, test
situasi, test kecepatan reaksi, dan test hasil belajar dan sebagainya.
Metode Kuesioner dan Interview
Kuesioner
sering disebut juga angket (Prancis : enquete). Berupa daftar yang
memuat sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada subjek untuk dikerjakan
(dijawab). Jawaban-jawaban itu kemudian dianalisis dan disimpulkan. Pada
umumnya jawaban itu sudah tersedia, sehingga subjek tinggal memilih jawaban
yang tepat untuk setiap item. Ditinjau dari segi penjawab, dapat dibedakan atas
dua macam, yaitu langsung (direct) dan tak langsung (indirect).
Disebut langsung jika yang harus menjawab adalah subjek itu sendiri, dan
disebut tak langsung jika yang menjawab harus menjawab adalah orang yang
mengetahui hal-ihwalnya subjek itu.
Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam
memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka
untuk dikritik, dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak
kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti
perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan
berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket, dsb) serta menggunakan
statistik untuk menganalisis.
Metode Klinis
Digunakan untuk mengumpulkan data secara
lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang.
E. Peranan Psikologi Pendidikan
Menurut Moh Surya (1972), fungsi
psikologi pendidikan untuk membantu para guru dalam mengembangkan pemahaman
yang lebih baik mengenai pendidikan dan profesinya.
Menurut Chaplin (1972), fungsi psikologi
pendidikan untuk membantu memcahkan masalah yang terdapat dalam dunia
pendidikan yang meliputi guru, siswa, materi, metode, dalam masalah
belajar-mengajar.
Terdapat beberapa macam-macam kegiatan
yang memerlukan prinsip psikologis :
·
Seleksi
penerimaan siswa baru
·
Perencanaan
pendidikan
·
Penyusun
kurikulum
·
Penelitian
kependidikan
·
Administrasi
kependidikan
·
Pemilihan
materi pelajaran
·
Interaksi
belajar-mengajar
·
Pelayanan
bimbingan dan konseling
·
Evaluasi
belajar
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan
dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar.
Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan
kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan
Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya
tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang
di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik,
adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar
tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang
yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang
perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai
pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut
memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang
yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala
aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang
pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi
Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan
salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.
Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang
perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang
erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”.
Dengan memahami psikologi pendidikan,
seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara
tepat
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,
dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku
individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode
pembelajaran yang sesuai
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan
keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang
sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan
memberikan konseling
Tugas dan peran guru, di samping
melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya.
Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan
bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan
interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar
peserta didik
Memfasilitasi artinya berusaha untuk
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan
dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan
kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar.
Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan
mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun
motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang
kondusif
Efektivitas pembelajaran membutuhkan
adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan
yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang
kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan
menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan
siswanya
Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih
bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil
Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa
yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip
penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.